tumbuh-tumbuhan untuk makanan ternakmu. Ia menumbuhkan untukmu berbagai
tanaman, zaitun, korma, dan anggur, dan berbagai macam buah-buahan.
Sungguh dalam kejadian itu terdapat bukti bagi orang yang berpikir/. (QS
An-Nahl [16]: 10-11) Di antara salah satu bukti kebesaran Allah SWT
adalah hujan. Turunnya bilur-bilur air dari langit ke bumi ini menjadi
sumber kehidupan bagi segala mahluk. Dan hujan sesungguhnya merupakan
salah satu dari unsur-unsur terpenting bagi kelangsungan hidup di bumi.
Seperti diuraikan dalam situs /harunyahya.com/, hujan merupakan juga
prasyarat bagi kesinambungan aktivitas di suatu kawasan. Hujan, yang
membawa zat-zat yang penting bagi kehidupan termasuk bagi manusia,
banyak termuat dalam ayat Alquran.
Di dalamnya, berisi pula informasi mendasar mengenai pembentukan hujan,
sifat-sifat, dan efek-efeknya. Dalam ayat kesebelas Surat Az-Zukhruf,
hujan didefinisikan sebagai air yang diturunkan dengan "ukuran yang
sesuai", sebagai berikut: "Ia menurunkan (dari waktu ke waktu) hujan
dari langit sesuai dengan ukuran, dan Kami hidupkan dengan itu daerah
yang sudah mati. Demikian juga kamu akan dibangkitkan (dari kematian)."
(QS Az-Zukhruf [43]: 11) "Ukuran" yang disebutkan pada ayat ini
berkaitan dengan sepasang sifat hujan. Pertama, air hujan yang jatuh di
bumi selalu sama. Diperkirakan, dalam satu detik, 16 juta ton air
menguap dari bumi. Angka ini sama dengan curah air yang jatuh ke bumi
dalam satu detik. Ini berarti bahwa air beredar terus-menerus di suatu
daur yang seimbang menurut suatu "ukuran". Suatu ukuran lain yang
terkait dengan hujan adalah mengenai kecepatan jatuhnya. Ketinggian
minimal awan mendung adalah 1.200 meter. Bila jatuh dari ketinggian ini,
suatu obyek yang bobot dan ukurannya sama dengan air hujan akan semakin
cepat dan jatuh ke tanah dengan kecepatan 558 km/jam.
Tentu saja, obyek apa pun yang membentur tanah dengan kecepatan itu akan
menyebabkan kerusakan besar. Jika hujan yang terjadi jatuh dengan cara
seperti itu, semua lahan panenan akan hancur, kawasan pemukiman,
perumahan, dan mobil-mobil akan remuk, dan orang-orang tidak bisa
berjalan-jalan tanpa perlindungan ekstra. Padahal, perhitungan ini hanya
untuk awan setinggi 1.200 meter; ada juga awan mendung setinggi 10.000
meter. Air hujan dari tempat setinggi ini bisa memiliki kecepatan yang
amat merusak. Akan tetapi, kenyataannya tidak begitu. Dari ketinggian
berapa pun, kecepatan air hujan hanya 8-10 km/jam kala menimpa tanah.
Alasan untuk hal ini adalah bentuk istimewa yang mereka ambil.
Bentuk istimewa ini meningkatkan pengaruh pemecah di atmosfir dan
mencegah pemercepatan kala air hujan mencapai "batas" kecepatan
tertentu. Ini belum semua "ukuran" hujan. Untuk contoh, di lapisan
atmosfir tempat berawalnya hujan, suhunya bisa turun hingga serendah 400
derajat celsius di bawah nol. Namun demikian, air hujan tak pernah
menjadi partikel-partikel es. (Ini tentu saja berarti ancaman yang fatal
untuk makhluk hidup di bumi.) Alasannya adalah bahwa air di atmosfir itu
air murni. Sebagaimana yang kita tahu, air murni sulit membeku, di suhu
yang sangat rendah sekalipun.
*Pembentukan hujan*
Selama berabad-abad, pertanyaan mengenai bagaimana hujan terbentuk masih
merupakan misteri besar. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa
didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan. Pembentukan hujan berlangsung
dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara. Lalu awan
terbentuk. Akhirnya curahan hujan terlihat. Namun sebetulnya, dalam
Alquran sudah dibahas jelas mengenai pembentukan hujan. /Dialah Allah
Yang mengirimkan angin yang menggerakkan awan; lalu Ia membentangkannya
di langit sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal, lalu kau lihat air hujan keluar dari celah-celahnya;
maka bila Ia menurunkannya kepada siapa saja dari hamba-hamba-Nya yang
Ia kehendaki, mereka pun bergembira ria/. (QS Ar-Ruum [30]: 48)
*Kini mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.*
Tahap 1: "/Dialah Allah Yang mengirimkan angin.../" Gelembung-gelembung
udara yang tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan yang
pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air menguap menuju
langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, diangkut oleh angin
dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut
aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya,
yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme
yang disebut "perangkap air".
TAHAP 2: "/...dan yang menggerakkan awan; lalu Ia membentangkannya di
langit sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal.../" Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di
sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara.
Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (engan diamter antara 0,01
dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di
langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
TAHAP 3: "/...lalu kau lihat air hujan keluar dari celah-celahnya/."
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan
partikel-partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air
hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan,
dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Alquran.
Di samping itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar.
Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Alquran lah
yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan
juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan
tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
*Menghidupkan Negeri Yang Sudah Mati*
Dalam Alquran, terdapat banyak ayat yang mengundang perhatian pada
fungsi istimewa hujan, yakni antara lain memberi kehidupan kepada negeri
yang sudah mati. /Kami menurunkan air bersih dari langit. Dengan itu
Kami hidupkan negeri yang sudah mati, dan Kami beri minum segala yang
Kami ciptakan, hewan ternak dan manusia yang banyak/. (Surat Al-Furqaan
[25]: 48-49)
Di samping menyediakan air untuk bumi, yang merupakan kebutuhan makhluk
hidup yang tak terelakkan, hujan juga mempunyai pengaruh penyuburan. Air
hujan yang mencapai awan setelah diuapkan dari laut mengandung zat-zat
tertentu "yang menghidupkan" negeri yang telah mati. Air "pemberi
kehidupan" ini disebut "air tensi permukaan". Air tensi permukaan
terbentuk pada tingkat puncak permukaan laut yang oleh para biolog
disebut "lapisan mikro".
Di lapisan ini, yang ketipisannya kurang dari sepersepuluh milimeter,
terdapat banyak sisa organik yang disebabkan oleh polusi zooplankton dan
ganggang mikroskopik. Beberapa sisa ini menyeleksi dan menghimpun dalam
lubuk mereka beberapa unsur yang amat jarang di air laut, seperti
fosfor, magnesium, potasium, dan beberapa logam berat seperti tembaga,
seng, kobalt, dan timah. Air yang bermuatan "penyubur ini" lantas
terangkat ke langit oleh angin dan setelah beberapa saat kemudian jatuh
ke tanah di dalam air hujan.
Benih dan tanaman di bumi mendapati banyak garam metalik dan unsur-unsur
yang esensial bagi pertumbuhan mereka di sini di air hujan ini.
Peristiwa ini diungkapkan di sebuah ayat lain dalam Alquran: /Dan Kami
turunkan dari langit air yang membawa berkah, dan dengan itu Kami
tumbukan kebun-kebunan dan biji-bijian yang dapat dipanen./ (QS Qaaf
[50]: 9) Garam-garam yang jatuh dengan hujan merupakan contoh kecil
unsur-unsur tertentu (kalsium, magnesium, potasium, dsb) yang dipakai
untuk menambah kesuburan. Logam-logam berat yang terdapat di tipe-tipe
aerosol ini merupakan unsur lain yang menambah kesuburan dalam
pertumbuhan dan pemproduksian tanaman.
Tanah tandus bisa dilengkapi dengan semua unsur yang esensial bagi
tanaman dalam periode 100 tahun hanya dengan penyubur yang dicurahkan
dengan hujan. Hutan-hutan juga berkembang dan makan dengan bantuan
aerosol yang berbasis-laut. Dengan cara ini, 150 juta ton penyubur jatuh
ke seluruh permukaan tanah setiap tahun. Jika tidak ada penyuburan
alamiah seperti ini, maka tidak akan ada tanaman di bumi, dan
keseimbangan ekologis akan cacat. Yang lebih menarik adalah bahwa
kebenaran ini, yang hanya bisa ditemukan oleh sains modern, telah
diungkapkan oleh Allah berabad-abad yang lalu.
(yus/harunyahya.com )
0 Komentar