fakta step yang mengiringi demam tinggi

12.17

hari minggu yang lalu keponakanku yang bernama fatya terserang demam tinggi dan mengalami kejang-2 ayah ibunya panik nggak karuan saya yang lihat saja ikut bingung nggak tau harus melakukan apa. sudah dipanggilakan kyai dan dijampi-2 tetep juga nggak mau sadar, akhirnya ayahnya memanggil dokter.

dokter bilang itu hanya step biasa dan tidak berbahaya tapi tetap saja kami semua merasa khawatir banget. lalu hari ini saya browse cari informasi apasih sebenarnya step itu dan bagaimana cara mencegahnya :

Stuip atau Step adalah salah satu gangguan yang kadang muncul pada anak. Bukan gangguan berbahaya. Tapi bila berlangsung lama segera beri pertolongan.

Ika (29 tahun) sedang bingung. Pasalnya, anak pertamanya baru saja terserang step. “Kata orang kalau anak mengalami step, otaknya jadi terganggu. Raka akan begitu nggak ya?” tanyanya pada dokter langggananya. Pertanyaan Ika beralasan, sebab kata Mama-nya, anak-anak yang terserang step biasanya akan terganngu kesehatannya. Ya, Mamanya memang ‘orang dulu’, tapi apakah di jaman serba maju begini step masih jadi momok menakutkan?

Kejang, Kontraksi Otot

Stuip atau ‘step’ adalah kejang yang diakibatkan karena anak mengalami demam tinggi. Terjadinya kejang, menurut dr. Debbie Latupeirissa, Sp.A(K), adalah karena akibat kontraksi otot berlebihan di luar kehendak. Kejang demam dialami 2%-3% anak-anak, dan dapat berlangsung secara singkat dan tidak berbahaya. Tapi bila kejang berlangsung hingga 15 menit, inilah kejang yang harus diwaspadai. Step jenis ini dapat membahayakan si kecil karena bisa menyebabkan kerusakan otak. Kerusakan otak pada gilirannya dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan retardasi mental.

Kejang atau step dapat terjadi karena adanya kelainan di otak atau oleh sebab gangguan lain di luar otak. Misalnya, kejang karena muntah atau diare yang biasanya disebabkan oleh gangguan elektrolit darah. Selain itu, kejang juga dapat timbul karena mengejangnya otot-otot pangkal tenggorok sebagai akibat menyempitnya jalan napas yang disebut kejang laring (laryngospasm). Tak hanya itu, epilepsi atau TBC otak juga dapat menyebabkan kejang pada anak. Kejang akibat kelainan di otak ini dapat disertai dengan atau tanpa demam.

Simpleks dan Kompleks

Jenis kejang sendiri ada dua ; kejang demam sederhana (simpleks) dan kejang demam kompleks. Pembagian ini berdasarkan pada usia saat timbulnya kejang pertama kali, jenis kejang, lamanya kejang dan ada tidaknya kelainan neurologist (saraf) yang sudah ada sebelumnya. Pada kejang demam sederhana, kejang terjadi disertai demam lebih dari 38,5 derajat Celcius atau dalam 16 jam demam pertama. Pada saat kejang, akan tampak gerakan berulang-ulang pada keempat anggota gerak (kaki dan tangan) ”Lamanya kejang tidak lebih dari lima belas menit, tapi dapat disertai wajah kebiruan, mata mendelik ke atas dan pada saat itu anak tidak sadarkan diri,” papar Debbie.

Kejang seperti ini biasanya takkan menyebabkan kerusakan pada otak. Kejang simpleks umumnya disebabkan oleh kelainan di luar otak, misalnya karena panas tinggi akibat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau lainnya. Saraf di otak merespon panas tubuh berlebih itu dengan memerintahkan kejang. Tingkat kepekaan saraf ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor keturunan atau kelainan saraf. Bila anak lahir dari orangtua atau keluarga terdekat pernah mengalami kejang maka kemungkinan besar kejang dapat menimpa anak. Sementara bila sebelumnya anak sudah menderita kelainan saraf seperti lumpuh atau adanya gerakan tidak normal, maka kejang berulang mungkin terjadi.

Hanya saja, anak dengan kejang simpleks berisiko terkena kejang kembali bila ia mengalami demam tinggi (kembali) sampai usia 4 tahun. Frekuensi kejang sendiri dapat berlangsung kurang dari 4 kali dalam setahun. Penyebabnya, karena ambang kejang terhadap suhu tinggi masih rendah. “Karena itu, bila di atas usia 4 tahun masih kejang demam, perlu dicurigai penyebab di dalam otak,” saran Debbie.

Sementara pada kejang demam kompleks, kejang dapat terjadi dengan atau tanpa demam, kejang lebih dari 15 menit dalam 1 episode. Kejang kompleks akan dialami oleh seluruh seluruh tubuh atau sebagian tubuh. ”Kejang kompleks umumnya karena ada kelainan neurologis atau saraf di otak.”

Hindari Kopi

Banyak mitos seputar step yang beredar di masyarakat. Diantaranya adalah minum kopi dicampur daging cicak yang sudah digoreng dan ditumbuk halus. ”Itu mitos!” tegas Debbie. Sebab, kejang simpleks akan berhenti sendiri (tanpa pengobatan) dalam waktu kurang dari 15 menit. Pemberian kopi tidak ada gunanya. “Sebaiknya orangtua juga tidak memberi apa-apa lewat mulut pada saat anak kejang. Tindakan begitu justru dapat membuat anak tersedak atau pernapasannya tersumbat. Akibatnya? Anda tahu sendiri,” jelas Debbie.

Seperti dijelaskan di atas, agar anak tak mengalami kejang berulang kelak kemudian hari, demam tinggi itu harus segera diturunkan dengan obat pereda panas. Obat pencegah kejang juga biasanya akan diberikan, bila dokter tahu riwayat si kecil. Kejang demam biasanya diobati dengan antiperik (penurun panas) seperti Diazepam. Sedangkan kejang akibat epilepsi ditangani dengan obat anti-epilepsi.

Jika seorang anak pernah mengalami serangan kejang yang lama--lebih dari 15 menit--- atau terjadi berulang dengan jeda waktu yang singkat, di kemudian hari anak akan gampang mengalami kejang kembali. Sekalipun hanya menderita panas ringan. Itulah sebabnya dokter sering menganjurkan pada anak yang gejala kejangnya seperti itu untuk dicek lebih lanjut. Pengecekan ini untuk melihat apakah ada kelainan serius di otak atau mungkin memerlukan obat rutin seperti pada anak berpenyakit epilepsi. ”Karena itu, sebaiknya segera pergi ke dokter bila anak Anda mengalami kejang yang tidak berhenti,” saran Debbie. N PG

Cegah Sebelum Terlambat

Anak yang menderita kejang demam kemudian diikuti dengan kejang tanpa demam, erisiko lima kali lebih besar menderita retardasi mental. Bila Anda mendapati si kecil mengalami step, cobalah untuk :

  • Tidak panik
  • Longgarkan pakaian dan jalan napas (kerah baju) anak, lalu baringkan anak dalam posisi miring untuk mencegah masuknya cairan muntahan ke dalam paru-paru.
  • Ganjal rongga mulut dengan gagang sendok yang sudah dilapisi kain kasa atau kain bersih lainnya
  • Hindari melakukan pengkompresan dengan lap yang dingin, karena dapat menyebabkan korslet di otak. Suhu panas tubuh bertemu suhu dingin lap akan mengakibatkan ’benturan kuat’ di otak.
  • Kompres anak dengan air hangat atau alkohol 70% pada kedua ketiak dan selangkangan selama kurang lebih 15 menit. Bisa juga kain ini dilapkan ke anak dari kepala sampai ke ujung kaki selama sekitar 10 menit.
  • Kenakan baju tipis pada anak. Kalau anak dalam kondisi menggigil, boleh diselimuti, tapi setelah menggigilnya hilang langsung buka selimutnya.
  • Beri obat pereda yang dapat dimasukkan lewat dubur. Saat ini sudah tersedia obat kejang yang berbentuk cairan, yang dapat dikeluarkan isinya setelah ujung tabungnya berada di dalam anus.
  • Segera bawa ke rumah sakit bila dalam, diatas 10 menit kejang tidak berhenti.

Tindakan pencegahan lainnya :


1. Sediakan obat turun panas (sirup/tablet) : parasetamol
2. Sediakan termometer suhu tubuh dirumah
3. Bila anak panas lebih dari 37.5 derajat Celcius (suhu ketiak) berikan parasetamol sesuai dosis dan kompres dengan menggunakan air biasa.
4. Bila panas tidak turun, menetap atau meningkat segera pergi ke dokter atau rumah sakit terdekat

Share this :

Previous
Next Post »