Jangan renggut waktu bermain anak

15.33


BERBAGAI kegiatan sekolah dan ekstra kurikuler membuat anak rela menghapus waktu bermainnya. Padahal bermain sangat penting bagi pertumbuhan si kecil.

Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya tumbuh cerdas, pintar, dan mampu bersaing dengan teman-temannya. Untuk itulah, para orangtua tak segan-segan membekalinya dengan pendidikan dan berbagai keterampilan. Mereka pun disekolahkan di sekolah favorit dengan jadwal belajar yang superpadat dan ekstrakurikuler yang bermacam-macam.

Tak sampai di situ, orangtua juga masih menginginkan si buah hati untuk memiliki keterampilan lain. Tak pelak les ini dan itu pun dimasukkan dalam daftar kegiatan anak. "Akibat dari keadaan tersebut, maka bermain menjadi kesempatan yang langka untuk anak-anak pada masa sekarang ini," tutur psikolog anak dari Universitas Indonesia, Gisella Tani Pratiwi, S.Psi.



Gisella menuturkan, kebanyakan waktu anak diisi oleh berbagai kegiatan untuk mengembangkan potensi dirinya, yang cenderung bersifat akademis seperti sekolah, les atau bimbingan belajar. Atau ada juga orangtua yang mengikutsertakan anak ke berbagai les di luar bidang akademis, tapi mungkin tidak sesuai dengan minat anak.

Beruntungnya jika orangtua masih bisa sampai rumah pada sore hari. Namun, jika hal itu tidak terjadi, maka jalan satu-satunya adalah dengan melakukan aktivitas pada saat hari libur.

"Maka tidak heran jika banyak anak yang tertekan karena tuntutan orangtua. Padahal yang juga mereka butuhkan adalah bermain," tandasnya saat menghadiri acara konferensi pers "Kampoeng Maen Fair"yang diadakan Caldera Ed-Venture (Education & Adventure), baru-baru ini.

Bermain adalah salah satu cara bagi anak untuk belajar dan merasakan pengalaman yang baru. Bermain akan mengasah kecerdasan mental, fisik, maupun sosial anak dalam memahami nilai-nilai kehidupan.

Giselle menyebutkan, bermain itu adalah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa ada paksaan (sukarela), menikmati, dan menyenangkan. Biasanya memiliki "peraturan" tertentu, yang dibuat sesuai dengan imajinasi anak, imajinatif, dilakukan dalam keadaan pikiran yang sadar, tidak tertekan.

"Bermain merupakan tahapan menyenangkan dalam dunia anak," tutur psikolog yang menyelesaikan gelar S-1 di Universitas Atma Jaya. Bermain pun memberikan manfaat pada anak. Dengan bermain, anak bisa mengembangkan aspek sosial, emosional, kognitif, dan motorik, membantu untuk beradaptasi dengan dunia nyata,membantu menghadapi stres,mengembangkan kreativitas, menjadi mampu berinteraksi dengan lingkungan, membantu menguasai berbagai peran. "Bahkan, dengan bermain, bisa mendukung kegiatan akademik anak," papar Gissella.

Biarkan anak memilih permainannya. Bisa dengan permainan yang tidak diarahkan (bebas), di sini anak belajar untuk bernegosiasi, bekerja sama, berbagi dan menyelesaikan konflik. Bisa permainan yang diputuskan sendiri oleh anak, di sini anak belajar untuk memutuskan suatu pilihan, bergerak sesuai "iramanya" sendiri, menentukan minatnya, berperan penuh untuk mencapai tujuannya.

"Secara fisik pun anak menjadi lebih aktif dan lebih sehat," ujarnya.

Disarankan bagi orangtua untuk memberikan permainan yang kreatif jika permainan dilakukan di dalam rumah. Selain itu, sebaiknya bermain pun tidak hanya dilakukan bersama anak saja, juga bersama orangtua. Bila orangtua ikut bermain bersama anak, maka orangtua dapat semakin memahami bagaimana sudut pandang anak terhadap berbagai hal.

"Anak juga menjadi merasa diperhatikan oleh orangtua, dan ini adalah modal yang tak ternilai dalam meningkatkan kualitas kedekatan orangtua dan anak," tuturnya.

Lewat bermain, orangtua bisa mengembangkan komunikasi yang lebih baik dengan anak, memberikan bimbingan dengan cara yang menyenangkan. Orangtua bisa benar-benar terlibat dengan anak mereka.

"Bermain bersama orangtua juga dapat menenangkan anak, terutama untuk anak yang sulit beradaptasi," ujar Marketing Manager Caldera Ed-Venture (Education & Adventure) Rico Elfizar di acara yang sama.

sumber : okezone.com

Share this :

Previous
Next Post »